Tuesday, December 11, 2007

MERGER BEJ-BES, LANGKAH AWAL MENGEJAR KETERTINGGALAN

Merger atau penggabungan usaha merupakan suatu bentuk aksi korporasi yang menjadi tren dunia saat ini. Semakin rendahnya cost yang dikeluarkan, akses informasi menjadi lebih mudah, likuiditas kian tinggi, dan pada gilirannya terpenuhinya ketersediaan akan produk investasi, seakan-akan memaksa para pelaku bisnis untuk melakukan aksi merger. Dalam beberapa tahun terakhir ini, bursa-bursa di dunia terus melakukan penggabungan dalam rangka efisiensi dan persiapan persaingan global. Salah satu contohnya negara tetangga kita, Malaysia yang menggabungkan Kuala Lumpur Stock Exchange dengan Kuala Lumpur Options and Financial Futures Exchange pada tahun 2004. Bahkan penggabungan bursa antarnegara juga terjadi pada September 2000. Tiga bursa besar di Eropa melakukan penggabungan yaitu Stock Exchange of Paris, Amsterdam dan Brussels menggabungkan diri membentuk Euronext (www.republika.com).
Indonesia pun tak mau ketinggalan. Bursa Efek Indonesia (BEI) hasil merger Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ), ditargetkan menjadi bursa kelas dunia yang akan berperan sebagai salah satu pilar utama perekonomian Indonesia. Merger BEJ-BES merupakan salah satu agenda Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka demutualisasi pasar modal. Melalui penggabungan ini diharapkan efisiensi dan likuiditas transaksi saham di pasar modal semakin meningkat, sehingga bursa Indonesia memiliki daya saing (
www.investordaily.com).
Hingga saat ini perkembangan pasar modal di Indonesia tergolong masih lamban dan cenderung tertinggal dari kawasan Asia lainnya, baik dari segi jumlah emiten, produk investasi, investor lokal dan persaingan antar bursa di dalam negeri. Pada April 2006, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia baru mencapai 100 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia 195 miliar dolar, Thailand 148 miliar dolar, Singapura 294 miliar dolar, Korea 752 miliar dolar dan Hong Kong 1,213 triliun dolar (www.republika.com). Kondisi ini mengharuskan terjadinya merger dalam tubuh bursa Indonesia.
Selain alasan perkembangan pasar modal yang lamban, terdapat dua hal yang melatarbelakangi terjadinya merger BEJ-BES. Pertama, melalui merger diharapkan makin membuka peluang bagi perusahaan untuk terjun ke pasar modal (go public). Kondisi saat ini menunjukkan pasar sekunder BES belum seramai pasar sekunder yang ada di BEJ. Akibatnya beberapa emiten yang mencatatkan saham secara single listing di BES likuiditas sahamnya sangat rendah. Hal ini menyebabkan instrumen saham sebagai satu komoditas investasi yang memiliki karakteristik keuntungan berupa potensi dividen dan capital gain, menjadi tidak optimal. Para pemegang saham emiten yang tercatat di BES hanya berpeluang mendapatkan dividen saja, tidak dari capital gain (selisih harga jual dan harga beli) karena likuiditas pasar yang relatif rendah (www.republika.com).
Alasan kedua, mayoritas pemegang saham BEJ juga pemegang saham BES. Kepemilikan ganda untuk sebuah bursa yang sama, bagi pemegang saham menjadi tidak produktif. Akibat adanya kesan mendua, tentu akan sangat kontraproduktif bagi pengembangan bisnis. Setiap keputusan dan kebijakan yang diambil guna pengembangan bursa ke depan, menjadi tidak terarah dan setengah-setengah. Faktor ini tidak baik bagi kepentingan bisnis (
www.republika.com).
Perwujudan BEI menjadi bursa berkelas dunia ternyata tidak hanya sebatas wacana saja. Berbagai targetan mulai dibuat. Nilai kapitalisasi hasil penggabungan BEJ dan BES yang mencapai sekitar Rp 2.100 triliun, menyiratkan harapan dalam 2 sampai 3 tahun ke depan sumbangan nilai kapitalisasi pasar BEI terhadap Gross Domestic Product (GDP) bisa mencapai 100% dibanding saat ini yang mencapai 43-44% (
www.INNChannels.com). Tak hanya itu, sosialisasi ke perusahaan-perusahaan agar menggunakan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan, telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah emiten dari 346 emiten menjadi 500 emiten (Kompas, 12/09/07).
Pengembangan pasar modal Indonesia melalui aksi merger ini tentu memberikan dampak positif bagi perekonomian bangsa. Ahmad (2004) menyebutkan bahwa pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Hal ini jelas menunjukkan hubungan yang erat antara pasar modal dengan perekonomian bangsa. Dengan meningkatnya potensi yang ada dari sisi supply, yaitu calon emiten dan sisi demand, yaitu investor, kapitalisasi pasar untuk lebih besar sangat terbuka (www.republika.com). Pada gilirannya nilai kapitalisasi tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi GDP.
Pelaksanaan merger BEJ-BES ini juga disinyalir akan dapat meningkatkan efesiensi kerja, baik dari segi operasional dan investasi, serta memberikan dampak positif bagi para pelaku pasar modal. Dilihat dari aspek operasional, keuntungan yang didapatkan dari merger adalah penghematan biaya operasional. Sedangkan dari sisi investasi, investor akan lebih mudah untuk melakukan pilihan investasi dalam satu organisasi.
Para pelaku pasar modal (emiten, anggota bursa dan investor) pun mendapat keuntungan dari penggabungan ini. Bagi emiten manfaat yang dapat diperoleh adalah penghematan biaya pencatatan tahunan. Sedangkan untuk anggota bursa memperoleh penghematan biaya keanggotaan yang wajib dibayarkan kepada kedua bursa dan biaya penyediaan line komunikasi yang dedicated untuk melakukan transaksi bursa yang multi produk. Sementara bagi investor manfaat yang dapat didapatkan meliputi penghematan biaya akses informasi dan memiliki berbagai macam pilihan instrumen investasi tanpa harus melalui bursa yang berbeda.
Berbagai kemudahan dan kian murahnya cost pasar modal yang ditawarkan oleh merger BEI diharapkan dapat menjadi ‘amunisi’ untuk mengejar ketertinggalan Indonesia. Amunisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan potensi supply dan demand pasar modal. Peningkatan jumlah perusahaan yang masuk bursa menjadi perusahaan terbuka (go public), melalui penawaran saham perdana (IPO) ke pasar akan membantu perusahaan menghimpun dana untuk berekspansi. Ekspansi tersebut selanjutnya bisa berdampak terhadap perkembangan perekonomian riil masyarakat. Hal ini selanjutnya dapat mewujudkan harapan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yaitu menjadikan BEI sebagai wadah yang dapat membangkitkan semangat, menciptakan, atau menggunakan pasar saham atau pasar modal sebagai sebagai ajang membangun ekonomi Indonesia yang lebih merata dan lebih baik, pada saat yang sama juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Sedangkan apabila dikaitkan dengan persaingan bursa secara internasional, penggabungan ini ternyata tidak hanya membuat menjadi bursa lebih besar dan efesien. Merger BEJ-BES juga menghasilkan posisi tawar yang lebih tinggi karena ukuran yang lebih besar, serta proses usaha yang lebih terpadu (Kompas,12/09/07).

1 comment:

eko80 said...

terima kasih tulisannya, pemahaman saya jadi bertambah